Sejuk menyapaku
Membuai angan dan harapan
Membelaiku dalam sapamu
Nuansa keindahan
Wangi matahari merebak halus
Menuai senyum tulus
Pagi
Awali dengan asa
Lalui dengan rasa
Nikmati dengan karsa
Kartika Widia – 20210122
Sejuk menyapaku
Membuai angan dan harapan
Membelaiku dalam sapamu
Nuansa keindahan
Wangi matahari merebak halus
Menuai senyum tulus
Pagi
Awali dengan asa
Lalui dengan rasa
Nikmati dengan karsa
Kartika Widia – 20210122
Mencoba menguatkan diri,
agar bertahan dalam gejolak yang tak pasti.
agar bertahan meskipun dalam sunyi.
Lalu berbisik pada diri sendiri.
Bahwa barangkali ada saat di mana diri ini
tidak lagi harus berekspektasi tinggi-tinggi.
Nyatanya
hati ini masih rentan
pada mimpi-mimpi
yang tak pasti.
Kartasura, 27 Desember 2018
Qanifara
Jumpa denganmu adalah suatu anugrah
Jauh darimu adalah sesuatu yang membuat ku resah
Suka cita bahagia tercipta
Selalu ada sapa diantara kita
Segala peristiwa kita lalui bersama
Suka ceria dijalani penuh makna
Semua membuat bahagia
Apapun wujud bentuknya
Selamanya kita bersama
Tak terhalang beban rasa
Semua menjadi hidup kita nyaman sentosa
Kartika Widia – 20210121
Pada hujan
kubagikan rahasia.
Tidak perlu mencari yang sempurna.
Mendamba pada yang mempunyai resah serupa.
Menjadi apa adanya.
Bersama merajut bahagia yang sebenarnya.
Kartasura, 21 Juli 2017
Qanifara
Sejauh apa pun kau berkelana,
sekeras apa pun kau memperjuangkan hidup,
sesukses apa pun kau di masa depan,
pada akhirnya kau akan selalu mencari tempat untuk pulang.
Bukan sekadar tempat untuk mengistirahatkan raga
melainkan juga tempat di mana hatimu memutuskan untuk tinggal.
Barangkali ‘rumah’ adalah sebutan yang tepat bagi orang-orang yang dipilihkan Tuhan untukmu.
Mereka yang memeluk mesra hatimu dari jauh, menjagamu lewat doa.
Mereka yang selalu menyambut kepulanganmu dengan penuh suka cita.
Mereka yang tidak segan untuk membantumu bangkit saat kau terjatuh.
Mereka yang dapat membantumu membangkitkan rasa bahagia dalam jiwamu.
Mereka yang mengenalkanmu pada arti ketulusan.
Tidak harus banyak,
bila kau bisa menemukan beberapa atau hanya seseorang saja,
itu sudah lebih dari cukup.
Kartasura, 12 September 2016
Qanifara
Mudah lelah tubuhku.
Sudah mulai putih helai rambutku.
Sayu dan kuyu tatapanku.
Ringkih hatiku.
Barangkali sudah tua jiwaku, melebihi usiaku yang sebenarnya.
Energiku kerap habis untuk memikirkan hal-hal remeh dan tak pasti.
Tempat berkelanaku adalah luka, tapi aku banyak belajar dari sana.
Kartosura, 30 Juli 2017
Qanifara
Deru debu memapar hidupku
aku tak lagi mungil lucu
lebih repotkanmu dengan masalah hidupku
tak kupungkiri aku tetap butuhkan bimbingan kasih sayangmu
Kerut yang terukir di wajahmu,
tak kurangi cantikmu di mataku
Cerita cerita masa kecilku,
pengingat kala kutersesat
pondasi kala kufrustasi
memperingati hari Ibu ini
aku tulis puisi
ungkapan syukurku
kau lahirkanku, membuatku ada
Doamu selalu harapku
Aku tetap anakmu
dulu, sekarang dan nanti
Yogyakarta, 22 Desember 2020
Duduk terpaku sendiri di depan Laptop
….teman setia selama Corona
Suara Takbir bersautan dari seluruh penjuru angin
membuka kenangan,
keliling kampung, memukul kentongan
Cahaya obor penerang jalan
sesekali berhenti menyalakan petasan,
suara letusan disusul teriak kegirangan
tak sampai pukul 9 sudah pulang ke rumah
….tersedia makanan berlimpah
…..kue kue kering, hingga sayur berkuah
..baju, sepatu baru ditata rapi
….dielus diraba dibawa mimpi
malam Lebaran selalu dinantikan
sekali tidak bermain di bawah rembulan
suka citanya tak terperikan
berkumpul bersama handai taulan
Tahun ini 2020
pandemi melanda negeri bahkan seluruh bumi
wajib karantina mandiri, jaga jarak untuk peduli
orang tua di kampung tak boleh dikunjungi
demi selamat tak tertulari
jadi kali ini
….sendiri di tanah orang bergelut memori
doa dan puji pada Illahi
….tetap berbunyi meski lirih di hati.
menyeruak sesak mengoyak dada,
…terangkum kata kata
Harusnya malam ini berkumpul bersama keluarga.
Yogyakarta, 23 Mei 2020
Retmono Adi
Kau masih saja berkata-kata, sementara aku sudah merasakan deritanya.
Hidup tak cukup dengan kata kata, itu juga berkali kali ada dalam ucapanmu.
Kontradiksinya adalah kau menghidupi itu dalam bicaramu.
kata kata kata kata kata kata kata kata kata kata kata kata
kata kata kata kata kata kata kata kata
kata kata kata kata kata kata kata
mana makna?
bahkan rasa kau reduksi dalam kata!
dunia sedang merana, atau sedang suka cita…?
itu kau bungkus dalam kata kata
apakah kau hidup dari makan kata kata, sementara banyak orang sudah beralih ke angka?
harusnya kau mulai menyentuh fakta, atau data yang berserak di pelataran realita.
ach,..paling juga akhirnya kaujadikan kata kata.
maka,
Kutampar dirimu dengan jurus andalanmu,
kata kata.
Yogyakarta, 20 Mei 2020
Tiba tiba saja terbersit kenangan,
Gerimis di luar kali ini melalui semilir angin membelai kulitku. Dingin menjalar keseluruh tubuhku, merasuk dalam mengusik syaraf syarat ingatanku, menguak memori emosiku. Muncul kenangan peristiwa peristiwa pada saat gerimis tiba.
Kucoba susun keping keping kenangan itu, mulai dari rasa yang mulai menyerbu. Waktu besliweran tak menentu. Aku tak mampu menangkap wujud baku.
Rintik gemerintik ibarat musik, titik titik air berisik bersautan, saat menerpa genting tanah rumah kontrakkan. Tak hendak kuganti dengan orkestra dari youtube di laptop. Biarlah rasa ini tetap menyelimuti, meski kenangan tak tergambar jelas dalam ingatanku.
Aku coba bertahan, memegang rasa, meski tak sanggup menggambar peristiwanya. Kudedikasikan pada realita, yang sering aku angap ilusi semata.
ya,…pasti gerimis akan reda, atau malah mungkin tanda badai akan melanda ?
Gerimis dan kenangan, aku tetap bertahan.
Yogyakarta, 20 Mei 2020
…….saat gerimis tak rela didahului senja.